Sabtu, 04 Januari 2014

kehidupan di masa pemerintahan jepang


TOPIK : KEHIDUPAN KOTA SRAGEN DAN KLATEN PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
PEWAWANCARA : APRILIA ARSITA
NARASUMBER      : H. SOEKARDI PARTO SLAMET DIMEJO


PERTANYAAN :
1.       Bagaimana kehidupan kakek selama masa penjajahan jepang?
2.       Bagaimana keadaan rakyat di pulau jawa utamanya di daerah sragen dan klaten?
3.       Apakah kakek pernah terlibat dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kolonial jepang?

RANGKUMAN DARI RESPONDEN SESUAI KENYATAAN HIDUP KAKEK YANG TELAH BERUSIA 83 TAHUN  :
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan masyarakat sangat sulit, sehingga perekonomian pada saat itu dapat disebut sebagai “ekonomi telanjang”. Artinya tidak setiap orang mampu membeli kain untuk bahan pakaian. Saking melaratnya, rakyat menggunakan bagor, goni, dan kulit binatang untuk pakaian atau sekedar penutup aurat. Beras, gula, garam dan tekstil sangat sulit diperoleh karena sebagian besar disetor ke kumiai ; sementara produksi padi merosot drastis. Gejala kurang pangan dan kelaparan terjadi dimana-mana. Masyarakat menderita kurang gizi yang mengakibatkan mewabahnya berbagai penyakit kulit. Untuk mengatasi kekurangan pangan, pemerintah mensahkan bekicot ( siput darat ) sebagai lauk makan karena mengandung banyak protein. Daya beli rakyat tidak ada sama sekali, sedangkan mereka harus melayani kinrohoshi yang menghabiskan tenaga. Semua bentuk logam, baik mulia dan bukan mulia harus dikumpulkan. Rakyat nyaris tinggal bisa bernafas. Ujar kakek saya “Pada akhir September 1945 terjadi gerakan pengoperan bangunan kolonial yang penting dan juga menjalar di pabrik-pabrik gula di Klaten dan Sragen. Pada saat kakek berusia 11-14 tahun ( tahun 1942-1945 ) sekitar kelas 1-2 SMP, pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, kakek terlibat secara intensif dalam peperangan antara pasukan / gerilyawan “republik” ( termasuk lazkar Hisbullah ) dengan tentara Jepang. Oleh karena masih anak-anak ( bocah ), maka kakek banyak terlibat pada barisan belakang pasukan dan sebagai kurir. Tugas kakek terutama membantu / bertanggung jawab terhadap ibu ( “mbah putri” ) pada saat pergi mengungsi.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar