TOPIK
: KEHIDUPAN KOTA SRAGEN DAN KLATEN PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
PEWAWANCARA
: APRILIA ARSITA
NARASUMBER : H. SOEKARDI PARTO SLAMET DIMEJO
PERTANYAAN :
1.
Bagaimana kehidupan kakek selama masa penjajahan
jepang?
2.
Bagaimana keadaan rakyat di pulau jawa utamanya
di daerah sragen dan klaten?
3.
Apakah kakek pernah terlibat dalam kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah kolonial jepang?
RANGKUMAN DARI RESPONDEN SESUAI KENYATAAN HIDUP KAKEK
YANG TELAH BERUSIA 83 TAHUN :
Selama masa pendudukan Jepang
kehidupan masyarakat sangat sulit, sehingga perekonomian pada saat itu dapat
disebut sebagai “ekonomi telanjang”. Artinya tidak setiap orang mampu membeli
kain untuk bahan pakaian. Saking melaratnya, rakyat menggunakan bagor, goni,
dan kulit binatang untuk pakaian atau sekedar penutup aurat. Beras, gula, garam
dan tekstil sangat sulit diperoleh karena sebagian besar disetor ke kumiai ;
sementara produksi padi merosot drastis. Gejala kurang pangan dan kelaparan
terjadi dimana-mana. Masyarakat menderita kurang gizi yang mengakibatkan
mewabahnya berbagai penyakit kulit. Untuk mengatasi kekurangan pangan,
pemerintah mensahkan bekicot ( siput darat ) sebagai lauk makan karena
mengandung banyak protein. Daya beli rakyat tidak ada sama sekali, sedangkan
mereka harus melayani kinrohoshi yang menghabiskan tenaga. Semua bentuk logam,
baik mulia dan bukan mulia harus dikumpulkan. Rakyat nyaris tinggal bisa
bernafas. Ujar kakek saya “Pada akhir September 1945 terjadi gerakan pengoperan
bangunan kolonial yang penting dan juga menjalar di pabrik-pabrik gula di Klaten
dan Sragen. Pada saat kakek berusia 11-14 tahun ( tahun 1942-1945 ) sekitar
kelas 1-2 SMP, pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, kakek terlibat
secara intensif dalam peperangan antara pasukan / gerilyawan “republik” (
termasuk lazkar Hisbullah ) dengan tentara Jepang. Oleh karena masih anak-anak
( bocah ), maka kakek banyak terlibat pada barisan belakang pasukan dan sebagai
kurir. Tugas kakek terutama membantu / bertanggung jawab terhadap ibu ( “mbah
putri” ) pada saat pergi mengungsi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar